Kamis, 30 Juli 2009

Anemia


SEBAB-SEBAB ANEMIA

Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan orang menjadi anemia, yaitu kehilangan darah karena perdarahan, kerusakan sel darah merah dan produksi sel darah merah tidak cukup banyak.

Pendarahan

Seseorang dapat menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan sel sel darah merah dari tubuhnya. Perdarahan dapat terjadi eksternal maupun internal. Pendarahan mendadak dan banyak disebut perdarahan eksternal, misalnya pada waktu kecelakaan.

Perdarahan dapat pula terjadi karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang menyebabkan penekanan terhadap pembuatan sel sel darah merah. Adapula perdarahan kronis, yaitu perdarahan sedikit demi sedikit, tapi terus menerus. Penyebabnya antara lain; kanker pada saluran pencernaan, tukak lambung, wasir dan lain lain. Perdarahan yang terus menerus ini dapat menyebabkan anemia.

Kerusakan Sel Darah Merah

Pada beberapa penyakit misalnya malaria dan talasemia, sel sel darah merah dirusak di dalam pembuluh darah. Ini menyebabkan anemia hemolitik. Bila sel sel darah merah rusak di dalam tubuh, besi yang ada di dalamnya tidak hilang, tetapi tetap dapat digunakan kembali untuk membentuk sel sel darah merah yang baru. Karena itu untuk anemia jenis ini, pemberian besi kurang bermanfaat. Tetapi asam folat di dalam sel sel darah merah yang telah rusak tidak dapat digunakan lagi, jadi asam folat diperlukan di dalam pengobatan anemia hemolitik.

Produk Sel Darah Merah Tidak Cukup Banyak

Umur sel darah merah kira kira 120 hari, sumsum tulang mengganti sel darah merah yang tua membuat sel darah merah yang baru. Kemampuan membuat sel darah merah baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah tua yang hilang, sehingga jumiah sel darah merah dipertahankan selalu cukup banyak di dalam darah.

Bila tidak tersedia cukup banyak zat gizi yang diperlukan, maka terjadi gangguan pembuatan sel darah merah baru. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi tidak cukup banyak mengandung zat gizi, atau karena kesalahan pencernaan yang tidak dapat mengabsorpsi dengan baik zat zat itu sehingga banyak zat gizi yang terbuang bersama kotoran. Bila keadaan ini berlangsung lama, maka yang bersangkutan dapat menjadi anemia. Anemia yang diderita karena kekurangan zat gizi ini disebut anemia gizi.

Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan tergantung segi peninjauannya, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu berdasarkan penyebab dan berdasarkan morfometrik. Berdasarkan penyebab dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Anemia karena kehilangan darah, khususnya pada keadaan yang akut seperti forward failure, shock.

2. Anemia karena pembentukan terganggu yang diakibatkan oleh: (1) Defisiensi bahan-bahan pembangun penting seperti besi, vitamin B12, asam folium, putih telur, vitamin C. (2) Penyakit pada sumsum tulang dan kerusakan pada sumsum tulang. (3) Gangguan endokrin.

3. Anemia karena penghancuran yang meningkat yang diakibatkan oleh: (1) Kelainan sejak lahir. (2) Gangguan yang merusak bagian sel.

Sedangkan berdasarkan morfometrik, dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Anemia normokhromik makrositer (MCV ≥ 95 ; MCHC = 20 – 24 mmol/L)

2. Anemia normositer normokhromik (MCV = 85 - 95 ; MCHC = 20 – 24 mmol /L)

3. Anemia normokhroma mikrositer (MCV ≥ 85 ; MCHC = 20 – 24 mmol /L) ,4). anemia mikrositer hipokrom (MCV ≤85 ; MCHC ≤20 mmol /L)

Dalam melakukan klasifikasi pada anemia setiap peneliti maupun penulis berbeda antara yang satu dengan lainnya dalam mengklasifikasikan anemia di daerah tropik sebagai berikut:

1. Hemopoisis normal (sumsum tulang normoblastik) yang terdiri dari defisiensi besi, defisiensi protein (protein malnutrition) anemia hemolitik, anemia karena infeksi, anemia pada kehamilan.

Hemopoisis abnormal yaitu : defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, defisiensi campuran.

Namun demikian untuk mempermudah dalam melakukan dan mendapatkan gambaran dengan cepat derajat/tingkat keseriusan dalam anemia didasarkan pada kadar HB yang dapat dibagi dalam tingkat:

1. Anemia ringan, dengan kadar Hb 8-10g/dL

2. Anemia sedang, dengan kadar Hb 6-8g/dL

3. Anemia berat, dengan kadar Hb <>

Non Stress Test (NST)

ad pem/ djj yg dihubkan dg gerak aktivitas janin. yg dinilai baseline, variabilitas, akselerasi, deselerasi & gerak janin. Penilaian NST :

§ Reaktif bila, ada 2 gerak janin dalam 20mnt disertai dg akselerasi tiap gerakan 15dpm lama 15s; frek djj N; variabilitas 6-25dpm

§ Nonreaktif bila, tidak ada gj dalam 20mnt, atau tidak ada akselerasi pada gj; variabilitas menurun s/d menghilang

§ Meragukan bila, gj Cuma 1 dalam 20mnt, atau akselerasi kurang dari 10dpm; variabilitas dan frek jantung N.

§ Hasil AbN baik pd reaktif maupun nonreaktif, bradikardi; deselerasi 40dpm dr baseline, atau baseline <90dpm>

Pd hsl abN biasanya kehamilan diterminasi pd janin viable, atau diulangi 12-24 jam pd janin belum viable. pd hsl reaktif biasanya hsl akn ttp dalam 1mg. Pd hsl reaktif dg peny penyerta biasanya hsl tdk dijamin bagus dalam 1mg kemudian. pd hsl nonreaktif, biasanya dilanjutkan dg CST atau dg usg doppler.

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah

menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko

kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan:

1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.

2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.

3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.

Ketrampilan Klinik Non-stress test (NST)

Posted on November 21, 2008 by diyoyen.

Categories: Obstetric and gynecology.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ dan aktivitas janin.

Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama aktokardiografi, atau fetal activity acceleration determination (FAD; FAAD). Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan janin.

Tehnik pemeriksaan NST

1. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya hipotensi.

2. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG).

3. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara: · Menanyakan kepada pasien. · Melakukan palpasi abdomen. · Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG).

4. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut).

5. Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm).

6. Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).

7. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 - 25 dpm).

8. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.

Interpretasi NST

1.Reaktif:

·Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.

·Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.

·Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm.

2.Non-reaktif:

·Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada gerakan janin.

·Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).

·Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.

3.Meragukan:

·Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang dari 15 dpm.

·Frekuensi dasar djj abnormal.

·Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm.

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95% - 99%). Hasil NST yang non-reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambatintrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam.

Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.

Selengkapnya...